![]() | ||
Gubernur Sumbar Mahyeldi bersama pengusaha Jepang Matsuzaki Kotaro, Hidayat Hanawa dan Haryadi Budi Santoso. (foto : nov) |
PADANG, murainews.com -- Pengusaha Jepang yang tergabung dalam The Electric Power Development Co., Ltd, salah satu perusahaan terbesar Jepang (J-POWER), berminat investasi di bidang Bioenergi di Kepulauan Mentawai, provinsi Sumatera Barat.
Ketertarikan pengusaha Jepang tersebut disambut baik oleh Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah untuk pengembangan Bioenergi atau bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) yang ramah lingkungan.
Pembahasan pengembangan Bioenergi itu dilakukan di Istana Gubernuran, Sabtu (9/7/2022) pagi. Gubernur Sumbar menilai memanfaatkan Bioenergi atau bahan bakar nabati bisa menggerakkan ekonomi lokal serta meningkatkan perekonomian masyarakat Mentawai.
Rencananya pengembangan bioenergi dilakukan dengan memanfaatkan penanaman pohon Kaliandra secara optimal yang banyak di dapati di Mentawai.
"Pohon Kaliandra banyak tubuh di Sumbar, kekayaan alam ini bisa dimanfaatkan menjadi Bioenergi. Jadi rugi jika tidak dimanfaatkan dengan baik," sebut Mahyeldi.
Pengembangan Bioenergi juga bermanfaat meningkatkan industri dalam negeri, mengurangi impor BBM, dan menciptakan lapangan kerja. Apalagi ketersediaan listrik di Kepulauan Mentawai jika melihat dari rasio elektifikasi paling rendah di Sumbar.
"Untuk itu, perlu ada menambah ketersediaan listrik di Mentawai dan meningkatkan rasio elektrifikasi," ucapnya.
Menurutnya, daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai, masih ada yang belum memiliki listrik. Rendahnya rasio elektrifikasi dalam konteks rumah tangga dikarenakan Kabupaten Mentawai terdiri dari pulau-pulau, dan terpisah dengan pulau Sumatera yang dilewati jaringan transmisi nasional.
"Itu salah satu penyebab beberapa desa di Mentawai tidak dialiri listrik," sebutnya.
Padahal ketersediaan listrik di Sumbar saat ini dalam keadaan surplus energi. Energi surplus ini dialirkan ke provinsi tetangga yang masih dalam lingkup pulau Sumatera.
"Kami sangat senang dengan adanya investasi untuk pembangkit listrik di Mentawai, maka bisa meningkatkan perekonomian Mentawai," ujarnya.
Gubernur Sumbar mengakui butuh waktu lama untuk mengalirkan listrik ke masyarakat Pulau Mentawai. Namun, dia berharap listrik yang berhasil disuplai untuk masyarakat tersebut mampu berguna mendukung kegiatan anak-anak dalam proses belajar.
Selain itu, Mahyeldi berharap dengan adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah, dimana juga memiliki misi yang sama yakni program Mentawai Terang bisa berjalan dengan baik.
Dalam kesempatan itu, investor dari Jepang itu juga berencana bakal mengembangkan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bung Hatta menjadi lokasi wisata religi dan ilmu pengetahui sejarah Minangkabau dalam mengembangkan agama Islam.
Keindahan pemandangan alamnya yang penuh pepohonan dan bebukitan yang masih asli, tanpa merusak Tahura Bung Hatta akan kembangkan menjadi objek wisata berbasis alam, serta laboratorium iptek untuk flora dan fauna.
"Semua ini nanti akan kita bicarakan bersama terlebih dahulu bersama pihak terkait. Semoga ada keputusan yang baik untuk kemajuan Sumbar," ungkap Mahyeldi.
Sementara itu, investor asal Jepang Matsuzaki Kotaro menyampaikan ketertarikannya untuk membangun pembangkit listrik di Kepulauan Mentawai.
"Masyarakat nantinya akan diberikan bibit untuk menanam Kaliandra, hasilnya nanti bisa membangkitan listrik disana," sebut Matsuzaki Kotaro.
Ia menyebutkan Pembangkit Listrik Tenaga Kaliandra (PLTK) sebagai pembangkit listrik, menggantikan batu bara bisa potensi penghematan dibandingkan PLTD. Selain penghematan, pendapatan masyarakat juga meningkat dengan adanya pembelian Kaliandra dari kebun masyarakat setempat.
Kaliandra salah satu upaya pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), khususnya tenaga biomassa yang masih belum banyak dikembangkan.
"Kayu kaliandra merah (wood pellet) cocok digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik dengan kandungan panasnya mencapai 4.880 kilo kalori produk ini mampu menggantikan batu bara," terangnya.
Dengan adanya kayu kaliandra merah ini yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik biomassa pemerintah dapat mengurangi penggunaan batu bara dan dampak mengurangi efek rumah kaca.
Menyambung keterangan dari Matsuzaki Kotaro, pengusaha Indonesia Haryadi Budi Susanto menurutnya penelitian dari LIPI, Kaliandra memiliki kalori yang tinggi. Ada 3000 Ha yang akan difokuskan untuk penanaman Kaliadra.
"Sebetulnya di Mentawai sudah ada Boiler (Steam Generator) yang bisa kita manfaat untuk membangkit listrik berupa uap dari Kaliandra," imbuh Haryadi.
Nantinya Boiler tersebut akan dibantu dengan combined heat and power (CHP) penggunaan pembangkit listrik yang memiliki skema untuk menyalurkan ke beberapa desa lainnya.
"Selain bernilai ekonomis, jika disetujui kami juga berwacana mengembangkan kayu kaliandra sebagai salah satu komoditas pertanian," imbuhnya.
Jika bahan bakar listrik seperti batu bara langka dan akan habis, maka kayu kaliandra menjadi alternatif penggantinya. (nov)