NASRUL ABIT : SEORANG PANGHULU HARUS HARUS MAMPU MEMBACA AL-QUR'AN
LIMAPULUH KOTA, murainews.com -- Sebanyak 26 orang Ninik Mamak pemangku adat atau Panghulu, melangsungkan acara Batagak Gala. Prosesi adat tersebut terkesan meriah dengan dihadiri ribuan masyarakat Nagari Simpang Sugiran yang diselenggarakan di Balai Adat Nagari Simpang Sugiran, Kecamatan Guguk, Kabupaten Limapuluh Kota.
Olek Nobat Panghulu yang dilaksanakan, Senin (30/12/2019) di Balai Adat Nagari Simpang Sugiran tersebut dihadiri Wakil Gubernur Sumatera Barat Drs. H. Nasrul Abit Datuak Malintang Panai, Ketua LKAAM Sumbar Drs. M. Sayuti Datuak Rajo Panghulu, M.Pd, Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi, Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan, Forkopimda, Anggota DPRD Limapuluh Kota, Ketua LKAAM Limapuluh Kota, Camat, Forkopimca, Wali Nagari, Wali Jorong, Ketua KAN dan beberapa tokoh adat dan tokoh agama lainnya.
Wagub Sumbar Nasrul Abit Datuak Malintang Panai mengatakan, menjadi seorang Datuak harus mampu membaca Al-qur'an dengan benar, karena adat Minangkabau memiliki filosofi "Adat Basandi Sarak, Sarak Basandikan Kitabullah (ABS-SBK)", yang merupakan landasan adat berasal dari Al-qur'an.
"Seorang Datuak harus bisa mengaji dan menjadi Imam di Masjid. Sebab Datuak mempunyai kewajiban dan tanggungjawab terhadap pembinaan moral nagarinya. Harus mampu memberikan contoh bagi masyarakat," ucap Nasrul Abit dengan penuh semangat disertai tepuk tangan dari masyarakat Simpang Sugiran.
Panghulu adalah pemimpin terdepan yang mengawal pengamalan Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi pemerintah provinsi Sumbar, bila ingin menwujudkan tata kehidupan yang harmonis, agamis, berbudaya bedasarkan falsafah ABS - SBK, maka penguatan dan pemberdayaan panghulu harus menjadi prioritas.
"Kalau yang memimpin tidak bisa baca Al-qur'an, bagaimana memerintah sesuai pedoman agama, selain itu Datuak tidak hanya sekadar baca Al-qur'an tapi bisa juga menjadi imam di masjid," katanya.
Peran dan fungsi Datuak harus direvitalisasi "Baliakkan siriah ka gagangnyo, baliakkan pinang ka tampuaknyo". Sarak basandi kitabullah nan tak lakang dek paneh dan tak lapuak dek hujan, sebagai pedoman keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
"Selain itu pemahaman tentang adat harus sesuai dengan kemajuan dan perkembangan zaman adaik dipakai baru-kain dipakai usang," ujar Wagub Sumbar.
Selanjutnya Wagub Sumbar menyampaikan, pilihan ini tidak perlu diragukan dan dipertanyakan lagi karena apa yang telah di-rateh oleh nenek moyang adalah sebuah “maha karya peradaban” yang belum pernah ada tandingannya di dunia. Adat Minangkabau adalah sebuah anugrah Allah SWT yang harus diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam al-Qur’an telah dijelaskan mengenai kriteria pemimpin yang baik. Allah SWT berfirman, “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka untuk senantiasa mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu mengabdi,” (QS. Al-Anbiya': 73).
Selain itu tugas Datuak di Minangkabau sangat berat. Di tengah derasnya arus informasi dan teknologi saat ini. Apalagi pola pergaulan anak kemenakan yang terjadi sekarang ini.
"Maraknya narkoba dan LGBT di Sumbar, sudah bukan berita baru lagi. Karena itu, untuk memberantasnya, tugas ini bukan hanya tugas pemerintah saja, para Datuak, masyarakat dan kita semua. Terutama orangtua untuk dapat mengawasi anaknya, pergaulan mereka, sehingga dua hal tersebut, tidak semakin meluas. Dapat kita tangkal bersama," tambah Nasrul Abit.
Nasrul Abit juga mengapresiasi atas diselenggarakannya sebuah kegiatan untuk melestarikan budaya lokal yang ada di masyarakat Minangkabau tepatnya di Kabupaten Limapuluh Kota, dengan melewakan gala Datuak.
"Semoga hal ini, dapat ditiru oleh kabupaten/kota lain yang ada di sumbar, dalam rangka melestarikan budaya adat Minangkabau, agar tidak hilang oleh kemajuan zaman," tutupnya. (nov)
LIMAPULUH KOTA, murainews.com -- Sebanyak 26 orang Ninik Mamak pemangku adat atau Panghulu, melangsungkan acara Batagak Gala. Prosesi adat tersebut terkesan meriah dengan dihadiri ribuan masyarakat Nagari Simpang Sugiran yang diselenggarakan di Balai Adat Nagari Simpang Sugiran, Kecamatan Guguk, Kabupaten Limapuluh Kota.
Olek Nobat Panghulu yang dilaksanakan, Senin (30/12/2019) di Balai Adat Nagari Simpang Sugiran tersebut dihadiri Wakil Gubernur Sumatera Barat Drs. H. Nasrul Abit Datuak Malintang Panai, Ketua LKAAM Sumbar Drs. M. Sayuti Datuak Rajo Panghulu, M.Pd, Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi, Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan, Forkopimda, Anggota DPRD Limapuluh Kota, Ketua LKAAM Limapuluh Kota, Camat, Forkopimca, Wali Nagari, Wali Jorong, Ketua KAN dan beberapa tokoh adat dan tokoh agama lainnya.
Wagub Sumbar Nasrul Abit Datuak Malintang Panai mengatakan, menjadi seorang Datuak harus mampu membaca Al-qur'an dengan benar, karena adat Minangkabau memiliki filosofi "Adat Basandi Sarak, Sarak Basandikan Kitabullah (ABS-SBK)", yang merupakan landasan adat berasal dari Al-qur'an.
"Seorang Datuak harus bisa mengaji dan menjadi Imam di Masjid. Sebab Datuak mempunyai kewajiban dan tanggungjawab terhadap pembinaan moral nagarinya. Harus mampu memberikan contoh bagi masyarakat," ucap Nasrul Abit dengan penuh semangat disertai tepuk tangan dari masyarakat Simpang Sugiran.
Panghulu adalah pemimpin terdepan yang mengawal pengamalan Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi pemerintah provinsi Sumbar, bila ingin menwujudkan tata kehidupan yang harmonis, agamis, berbudaya bedasarkan falsafah ABS - SBK, maka penguatan dan pemberdayaan panghulu harus menjadi prioritas.
"Kalau yang memimpin tidak bisa baca Al-qur'an, bagaimana memerintah sesuai pedoman agama, selain itu Datuak tidak hanya sekadar baca Al-qur'an tapi bisa juga menjadi imam di masjid," katanya.
Peran dan fungsi Datuak harus direvitalisasi "Baliakkan siriah ka gagangnyo, baliakkan pinang ka tampuaknyo". Sarak basandi kitabullah nan tak lakang dek paneh dan tak lapuak dek hujan, sebagai pedoman keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
"Selain itu pemahaman tentang adat harus sesuai dengan kemajuan dan perkembangan zaman adaik dipakai baru-kain dipakai usang," ujar Wagub Sumbar.
Selanjutnya Wagub Sumbar menyampaikan, pilihan ini tidak perlu diragukan dan dipertanyakan lagi karena apa yang telah di-rateh oleh nenek moyang adalah sebuah “maha karya peradaban” yang belum pernah ada tandingannya di dunia. Adat Minangkabau adalah sebuah anugrah Allah SWT yang harus diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam al-Qur’an telah dijelaskan mengenai kriteria pemimpin yang baik. Allah SWT berfirman, “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka untuk senantiasa mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu mengabdi,” (QS. Al-Anbiya': 73).
Selain itu tugas Datuak di Minangkabau sangat berat. Di tengah derasnya arus informasi dan teknologi saat ini. Apalagi pola pergaulan anak kemenakan yang terjadi sekarang ini.
"Maraknya narkoba dan LGBT di Sumbar, sudah bukan berita baru lagi. Karena itu, untuk memberantasnya, tugas ini bukan hanya tugas pemerintah saja, para Datuak, masyarakat dan kita semua. Terutama orangtua untuk dapat mengawasi anaknya, pergaulan mereka, sehingga dua hal tersebut, tidak semakin meluas. Dapat kita tangkal bersama," tambah Nasrul Abit.
Nasrul Abit juga mengapresiasi atas diselenggarakannya sebuah kegiatan untuk melestarikan budaya lokal yang ada di masyarakat Minangkabau tepatnya di Kabupaten Limapuluh Kota, dengan melewakan gala Datuak.
"Semoga hal ini, dapat ditiru oleh kabupaten/kota lain yang ada di sumbar, dalam rangka melestarikan budaya adat Minangkabau, agar tidak hilang oleh kemajuan zaman," tutupnya. (nov)